Perpustakaan kota kini menjadi jantung literasi dan budaya masyarakat. Namun, bagaimana sebenarnya perjalanan panjang lembaga ini hingga menjadi pusat belajar yang inklusif? Simak sejarah singkatnya di bawah ini.
Awal Mula di Eropa (Abad ke-19)
Pemerintah kota di Inggris dan Amerika Serikat membuka koleksi bacaan umum tanpa biaya. Model ini menjadi cikal bakal perpustakaan kota modern di banyak negara.
Masa Kolonial di Indonesia
Pada tahun 1922, Didirikan Gemeentebibliotheek Batavia untuk melayani kalangan terbatas di Batavia (sekarang Jakarta). Koleksi awal berupa buku dan majalah berbahasa Belanda, aksesnya belum merata ke penduduk lokal.
Pasca Kemerdekaan
Pada tahun 1968, Pemerintah mendirikan Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta sebagai perpustakaan kota resmi. Layanan diperluas berupa : 1) Pustaka anak-anak dan remaja; 2) Program pendidikan nonformal; 3) Pengadaan perpustakaan keliling (bus buku)
Perkembangan Layanan dan Cabang
Setiap kecamatan di kota-kota besar mulai memiliki cabang perpustakaan. Penambahan ruang baca, ruang diskusi komunitas, dan kegiatan literasi seperti bedah buku.
Era Digital (2000-an hingga Kini)
• Digitalisasi Koleksi; Konversi katalog fisik ke format digital (MARC21, OPAC).
• OPAC & e-Library; Pengunjung dapat mencari dan memesan buku secara online.
• Program Literasi Digital; Workshop komputer, kelas coding, dan akses jurnal elektronik.
Perpustakaan kota telah bertransformasi dari gudang buku bagi kalangan elit menjadi pusat literasi inklusif bagi seluruh warga. Dengan dukungan teknologi dan program komunitas, perpustakaan kota terus berperan penting dalam membangun masyarakat melek informasi.
Yuk, kunjungi perpustakaan kota terdekat dan manfaatkan layanannya!
Komentar
Posting Komentar